Skip to main content

Agar Bersepeda Lebih Tenang

 Sejak kembali aktif bersepeda awal tahun ini, saya mencoba untuk bersepeda sederhana saja, apa adanya. Di awal saya memang sempet tanya-tanya temen sepeda yang oke gimana dan sebagainya, juga sudah sempat browsing sepeda yang kira-kira bisa dipakai untuk bersepeda rutin. Namun, toh saya tidak cocok dengan tipe bersepeda yang harus mengeluarkan duit sampe berjuta-juta. Takutnya bersepedanya musiman, udah terlanjur keluar uang, eh moodnya ilang. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk menggunakan sepeda yang sudah ada dan upgrade bertahap.

Tahapan Upgrade

Awalnya, untuk tracking aktivitas, saya menggunakan Strava. Sayangnya, untuk beberapa daerah, sering terjadi permasalahan di GPS sehingga rutenya tidak sesuai dengan kenyataan. Alhasil, upgrade pertama yang saya lakukan adalah membeli tracking device ini yakni XOSS G+. Barulah setelah itu upgrade bertahap komponen sepeda seperti Bottom Bracket, Hub Free Hub, dan rantai.Itu semua juga, dilakukan beberapa bulan setelah bersepeda dan nyicil. Tujuannya sih supaya dapat pengalaman peningkatan bersepeda setelah upgrade komponen dan memang tidak mengecewakan. Istilahnya, ada harga ada rupa. Jadi penasaran rasanya sepedahan pake sepeda road bike 7 juta+.

Jangan Hanya Pakai Rasa

Biasanya, ketika saya pamitan bersepeda, ibu saya selalu mengingatkan agar tidak jauh-jauh, karena memang sering ada berita pesepeda meninggal. Kalau hasil baca-baca, kebanyakan karena kecapean, memaksakan diri, hingga bermasalah di jantung. Saya juga selama beberapa kali, agak ragu mana batas atas yang bisa dipakai karena kalau hanya dari rasa capek saja, tidak ketahuan secara presisi. Akhirnya, kemaren saya beli Heart Rate sensor agar bisa memantau detak jantung selama bersepeda. Harapannya, selama bersepeda bisa dibuat lebih aman dan santai sehingga bisa tenang dari dampak buruk bersepeda berlebihan.
Sebenarnya, dulu sudah kepikiran beli HR sensor, tapi diurungkan karena harganya mahal, 400-500K. Kemaren, nemu merek lain, Magene, yang harganya 200K-an, saya pikir, boleh lah beli, toh sudah mau 5 bulan bersepeda, jadi itungannya hasil nabung 40K tiap bulan. Barang sudah saya coba pakai dan berfungsi, tinggal besok sabtu, rencananya saya mau pakai untuk bersepeda Restoration Ride #4 dengan jarak 40KM pp atau sampai ke Gunung Sawur.



Kira-kira itu dulu cerita kali ini, semoga kesampaian di tulisan selanjutnya tentang Restoration Ride #4

Comments

Popular posts from this blog

Setahun Bekerja dan Tinggal di Belanda

Sekarang sudah Desember 2024, artinya, sudah tepat 12 bulan sejak pertama kali aku mulai bekerja di Swisscom DevOps Center Rotterdam. Sebenarnya, sudah ingin menulis sejak enam bulan lalu, tapi kuurungkan sambil menunggu tepat satu tahun, selesai performance review untuk tahun 2024, dan menyelesaikan keseluruhan siklus musim di negara empat musim ini: winter, spring, summer, autumn. Balik lagi ke perihal pekerjaan ini, pekerjaan yang sebenarnya tidak aku bayangkan akan aku jalani jika ada yang bertanya, "Mau kerja di Belanda?", di sekitaran Mei 2023. Sebab, pada saat itu memang tidak ada rencana sama sekali. Aku, dan keluarga, sudah merasa nyaman bisa hidup di Lumajang dengan remote   working perusahaan Singapura. Bisa dekat dengan keluarga, dapat gaji di atas rata-rata, beban kerja tidak gila-gilaan, biaya hidup terjangkau, mau apa lagi? Tapi, toh, nyatanya aku di sini, berarti memang ada hal lain yang aku kejar.  Mendapatkan Pekerjaan di Belanda Sebenarnya, tidak ada alasan...

Pengalaman Berangkat Haji Tanpa Antri dari Belanda (2025)

Alhamdulillah.Pertama-tama, aku ingin mengucapkan syukur pada Allah yang sudah memberikan izin dan kuasa sehingga aku dan Nova untuk berhaji pada tahun 2025 ini dengan proses yang baik, lancar, dan nyaman. Di tulisan ini, aku coba untuk berbagi detil bagaimana kami bisa berangkat haji dari Belanda dengan periode waktu yang singkat, kurang dari 2 tahun sejak tinggal di Belanda. Suasana setelah Tawaf Ifadah dan Sholat Sunnah Keinginan Berhaji Pada tahun 2021 lalu, kami sudah melakukan pendaftaran haji reguler di Indonesia, aku pernah tuliskan prosesnya di  https://blog.aryya.id/2021/03/melaksanakan-rencana-yang-tertunda.html . Sayangnya, waktu tunggu untuk haji reguler kami adalah sekitar 30 tahun. Bagi kami, waktu 30 tahun bukanlah waktu yang singkat. Belum tentu tenaga yang kami punya di usia saat itu akan optimal untuk beribadah di tempat yang nan jauh di sana terlebih dengan cuaca yang sangat panas. Beberapa waktu setelahnya, kami melihat salah satu teman kami dan istrinya berang...

Tricky Installation RouterOS on Windows 10 using Hyper-V

Hi, After two days wondering and trying to find why i can't install RouterOS on Windows 10 using Hyper-V, i have found that the solution for undetected interface is very simple. It is jsut change from default Netowrk Adapter to Legacy Network Adapter. So, here is it, my new tutorial. Hope you enjoy and don't hesitate to ask.