Kebingungan Mahasiswa Tingkat III dalam Membuat CV
Ada ungkapan bahwa semakin kita
beranjak dewasa maka akan semakin banyak hal yang mulai kita pikirkan. Setuju
kah kawan dengan pernyataan tersebut? Saya sih setuju, hehe.
Sebagai mahasiswa tingkat III di
salah satu Institut Teknologi di Jalan Ganesha, Bandung (sebenarnya hanya ada
satu, yaitu ITB) maka kebingungan-kebingungan yang dulunya ketika saya tingkat
I atau tingkat II tidak saya alami kini muncul. Betapa tidak, semester ini saya
harus melakukan kerja praktik di suatu instansi sebagai salah satu syarat lulus
mata kuliah kerja praktik. Jelas, saya harus mengajukan diri di instansi
tersebut dan melampirkan curriculum vitae
sebagai salah satu syaratnya.
Mulai Membuat CV
Pada saat akan membuat CV, saya mulai
merasakan kebingungan, apa yang harus saya tuliskan dalam CV saya. Seakan 20
tahun yang saya jalani selama ini harus saya tuangkan dalam tulisan formal yang
harus bisa cepat dibaca orang dan mudah dimengerti. Bagaimana ceritanya kisah
20 tahun tertuang dalam beberapa lembar tulisan? Saya masih bingung, saat itu.
Usut punya usut, mulai lah saya
melihat template CV yang ada di internet maupun CV orang-orang yang saya kenal.
Hanya dengan bermodal keyword “template
CV lamaran kerja” saya pun mendapatkan berbagai opsi template CV yang biasa
digunakan. Pada kesempatan yang lain, saya berkesempatan mendapatkan sharing
cara membuat CV dari kakak tingkat Informatika angkatan 2011, dan yang saya
dapatkan agaknya ada beberapa poin yang kontradiktif
dengan template KP yang ada. Well, saya
makin bingung.
Bertambah Bingung
Seringkali perbedaan yang kita
temui dalam hidup membuat kita masuk dalam jurang kebingungan. Mayoritas
berkata A, tapi ada fakta lain yang menyebutkan B. Ada yang bilang foto harus dicantumkan, tapi ada yang bilang foto membuat orang cenderung melakukan prejudis. Dirasa sama-sama benar maka
kebingungan lah yang bertambah.
Namun, tidak jarang juga
kebingungan yang bertambah itu membuat kita menjadi dipaksa berpikir sendiri
mengenai mana yang baik dan benar. Benar
karena tidak menyalahi aturan dan baik karena sesuai dengan situasi serta
kondisi. Dari kebingungan-kebingungan tersebut, maka muncullah pemahaman
subjektif saya tentang membuat CV.
Apa yang Harus Dituliskan
Sebelum terlalu jauh memikirkan
tentang apa maka sebaiknya kita mencoba menjawab pertanyaan, mengapa
kita harus menuliskan CV? Dan
jawaban dari pertanyaan itu adalah:
- Sebagai sarana orang untuk mengenal kita
- Sebagai sarana untuk meyakinkan orang lain bahwa kita memiliki kemampuan untuk mendapatkan suatu tanggung jawab
- Sebagai bukti kompetensi perorangan baik dalam satu bidang maupun berbagai bidang
- Sarana promosi dir
- Kontak
- Riwayat Pendidikan
- Riwayat Pekerjaan
- Prestasi, Penghargaan, dan Sertifikat
- Apa yang telah kita lakukan.
Poin kelima mendapatkan penekanan
karena inti dari CV adalah menuangkan hal-hal apa saja yang sebenarnya sudah kita lakukan bukan sesuatu yang
ingin kita lakukan. Enggak lucu kan kalau kita menuliskan sesuatu yang tidak
pernah kita lakukan, bisa-bisa kita malah dianggap melanggar KUHP tentang
penipuan hehehe.
Aspek-Aspek yang Harus Diperhatikan
Selain menuliskan apa yang harus-dan-tak-harus, hal lain yang harus diperhatikan dalam menuliskan CV adalah relevansi informasi. Relevansi
informasi di sini berarti seberapa sesuai informasi yang kita sajikan dengan
tujuan yang kita inginkan. Semisal, saya ingin melamar pekerjaan di perusahaan
IT, maka tidak relevan ketika kompetensi yang saya tonjolkan adalah tentang
kepiawaian saya memasak. Untuk kasus tersebut, lebih cocok menampilkan apa yang
telah saya buat (portofolio), pengalaman bekerja dalam tim maupun organisasi,
maupun kemampuan teknis yang saya miliki.
Aspek kedua yang harus tetap
dipegang adalah kejelasan. Apa yang
kita tuliskan harus jelas dan membuat pembaca mengerti apa yang kita maksud dan
mendapatkan konklusi bahwa kita mampu melakukan hal tersebut. Istilahnya harus
tepat sasaran, sekali baca langsung mengerti. Sekali baca langsung terpikat.
…dan Akhirnya
Akhirnya, kita tinggal menuliskan
apa yang memang harus kita tuliskan, tak perlu terlalu memperhatikan template
karena dengan terlalu memperhatikan template, kita akan terpaku dan kurang bisa
kreatif. Sebagai contoh, berikut CV saya, mungkin bisa dijadikan rujukan dan
pengurang kebingungan kawan-kawan.
CV Revisi :) |
Setelah beberapa waktu, akhirnya banyak saran yang masuk mulai dari urutan penulisan tahun, penjabaran job desk, dan versi CV. Jadi, ada masukan bahwa CV ada dua versi yakni versi pendek yang maksimal satu halaman dan CV lengkap yang boleh lebih dari satu halaman. Nah, CV versi panjang inilah yang digunakan untuk melamar pekerjaan atau hal lain. Berikut beberapa versi yang saya buat. Semoga membantu :)
CV Versi Panjang p1 |
CV Versi Panjang p2 |
Salam,
Aryya Dwisatya W
Mahasiswa Tingkat III
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu