Skip to main content

Idul Adha Keempat


Setelah cukup lama tidak menulis, akhirnya kini saya kembali menulis. Saya akan coba bercerita beberapa pengalaman saya tentang Idul Adha sebagai seorang mahasiswa.

Dua Ribu Dua Belas
Dua ribu dua belas adalah tahun awal masuk perkuliahan. Ketika wajah saya dan ribuan kawan baru saya di ITB masih polos dan tanpa beban (mestinya) dan untuk pertama kalinya lah saya menjalani Idul Adha jauh dari orang tua. Maklumi saja, sejak kecil saya tidak pernah nge-kos atau mondok, jadi ya selalu bareng orang tua.  Untungnya, di Bandung ada saudara yakni pakde dan adik saya. Yasudah, kami menghabiskan malam Idul Adha di rumah pakde yang ada di Antapani. Datang, makan, ngobrol-ngobrol, sholat, ngobrol, lalu pulang.
[Tidak Ada Dokumentasi]


Dua Ribu Tiga Belas
Ini dia tahun yang cukup bersejarah. Intinya sih saya menghabiskan waktu-waktu sebelum Idul Adha di Cirebon setelah bertahun-tahun hanya tahu nama, akhirnya kesampaian juga bertandang ke sana. Untuk kebaikan bersama, cerita tidak didetilkan. Skipped.

Dua Ribu Empat Belas 
Nothing special, skipped.


Dua Ribu Lima Belas

Begini ternyata rasanya menjadi SWASTA (baca: Sudah Waktunya Anda Selesai Tugas Akhir atau Mahasiswa Tingkat Akhir). Jadi yang paling tua dan sudah mencicipi beberapa hal. Tidak semua hal, tapi paling tidak beberapa lah. Well, kalau diingat lagi, tingkat I sibuk mengurus angkatan STEI 2012, tingkat II dan III di himpunan dan sesekali di unit, dan sekarang tingkat IV. Rasanya ada yang kurang, padahal dekat. Ada yang kurang, padahal penting. Ada yang kurang, padahal ada. Paguyuban.

Saya jadi teringat ketika melakukan promosi kampus ke adik-adik SMA, saya sering berkata, “jangan takut, ada kakak-kakak yang bakal bantu di sana.” Well, enggak sepenuhnya jadi kenyataan. Oleh karenanya, paling tidak saya ingin memberikan tempat kembali di momen-momen tertentu kepada adik-adik saya yang tidak bisa pulang ke Lumajang karena satu dan lain hal. Toh, tidak semua orang kan berkemampuan baik dari segi biaya dan waktu? Ya, semoga apa yang saya usahakan bermanfaat karena semestinya rekan satu daerah lah yang paling bisa membawa rasa kembali ke kampung halaman melalui bahasanya, guyonannya, dan cerita-cerita lain yang selalu ada.

Kemala ITB (Enggak Lengkap)
Pada akhirnya saya meminta maaf bila belum bisa menjadi kakak yang baik.

Salam,
Aryya Dwisatya W
Kemala ITB 2012

Comments

Post a Comment

Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu