Skip to main content

Posts

Mengenal Bener dan Pener

Pendahuluan Beberapa waktu yang lalu ramai jadi perbincangan tentang pernyataan agama yang tidak mewajibkan warung-warung untuk tutup ketika bulan Ramadhan. Banyak pro dan kontra yang terjadi di masyarakat. Namun lagi-lagi, pernyataan apapun bisa diinterpretasikan berbeda dengan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Screenshot Twit Mencoba Berpikir Namun kawan, apakah yang disampaikan oleh Pak Lukman tersebut salah? Saya pribadi menilai bahwa yang disampaikan oleh beliau tidak salah sama sekali. Pun, sebelum ini, sebelum pernyataan tersebut keluar kita santai-santai saja ketika ada warung buka ketika bulan Ramadhan, dengan catatan. Dengan catatan di sini berarti sang pengelola warung mengerti antara bener dan pener seperti yang dimengerti oleh orang jawa. Bener lan Pener Orang Jawa memahami bukan hanya tentang bener melainkan juga pener. Bener dapat diartikan betul, tidak salah sedangkan pener dapat diartikan sesuai atau tepat. Bila digambarkan dalam skema pe

Kota ini letih

Mungkin bila aku tinggal lebih lama di sini Aku akan mengerti seberapa letihnya kota ini Hampir lima ratus tahun umurnya, yang diakui Nampaknya ia telah renta Terlampau banyak beban yang harus ia tanggung Kendaraan bermotor yang membebani punggung kota Beserta dahaknya yang menghalangi pandangan Kota ini letih Dan lagi letih hati Ketika ia harus terpaksa membisu Menyimpan rahasia orang-orang yang ada di dalamnya Dengan gemerlap cahaya dari lampu Bukan lagi dari bintang dan bulan Rahasia dari kamar-kamar   yang tetap menyala lampunya ketika malam meskipun Ramadhan Rahasia dari orang-orang yang berjalan bergandeng tangan meskipun tak saling kenal Kota ini letih, bukan karena umurnya, tapi bebannya Beban yang seharusnya bisa ia bagi bersama sang bulan dan bintang-bintang