Skip to main content

Posts

Agar Bersepeda Lebih Tenang

 Sejak kembali aktif bersepeda awal tahun ini, saya mencoba untuk bersepeda sederhana saja, apa adanya. Di awal saya memang sempet tanya-tanya temen sepeda yang oke gimana dan sebagainya, juga sudah sempat browsing sepeda yang kira-kira bisa dipakai untuk bersepeda rutin. Namun, toh saya tidak cocok dengan tipe bersepeda yang harus mengeluarkan duit sampe berjuta-juta. Takutnya bersepedanya musiman, udah terlanjur keluar uang, eh moodnya ilang. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk menggunakan sepeda yang sudah ada dan upgrade bertahap. Tahapan Upgrade Awalnya, untuk tracking aktivitas, saya menggunakan Strava. Sayangnya, untuk beberapa daerah, sering terjadi permasalahan di GPS sehingga rutenya tidak sesuai dengan kenyataan. Alhasil, upgrade pertama yang saya lakukan adalah membeli tracking device ini yakni XOSS G+. Barulah setelah itu upgrade bertahap komponen sepeda seperti Bottom Bracket, Hub Free Hub, dan rantai.Itu semua juga, dilakukan beberapa bulan setelah bersepeda dan nyici

Restoration Ride #3

 Melanjutkan cerita sepedahan yang pernah saya tulis di Jadwal Baru Sepedahan , sabtu kemaren saya kembali menyempatkan bersepeda setelah satu minggu full bekerja. Targetnya jelas, untuk minggu ketiga ini, saya harus bisa mencapai 30 KM pulang-pergi. Target itu, alhamdulillah bisa terpenuhi di minggu ini. Satu hal yang saya sadari lagi kemaren, agar lebih tahan lama dalam bersepeda, cadence harus dijaga pada nilai tertentu.Sayangnya, saat ini masih pakai perasaan karena tidak ada sensornya walaupun XOSS punya fitur tambahan itu. Kalau cek di ecommerce, harga sensor ini sekitar 160-200K. Buat saya, terlalu mahal kalau dipakai hanya seminggu sekali. Jadi, ya skip dulu. Restoration Ride #4 Minggu depan, masuk minggu ke-4 restoration ride saya setelah libur sepedahan sebulanan selama puasa kemaren. Setelah melewati 7km 20km, 30km, maka besok harusnya sampai di 40km. Target saya sih, antara 20km menanjak atau 1,5 jam mengayuh tanpa henti.Rutenya juga masih sama, tapi dengan destinasi yang b

Komitmen Terpanjang Dalam Hidup

 Menurutmu, apa komitmen terpanjang yang kamu sudah/akan kamu lalui? Bagi saya, Komitmen menjadi pegawai di perusahaan? Bukan Komitmen menjadi suami/istri? Bukan Komitmen menjadi orang tua. Bagi saya, sampai saat ini, setelah tiga tahun menjadi orang tua, itulah komitmen terpanjang yang akan saya lakukan. Menjadi Orang Tua Saya resmi menjadi orang tua pada April 2018, ketika anak pertama saya, seorang perempuan, lahir ke dunia sekitar pukul 03.30. Bagaimana perasaan saya saat itu? Senang, terharu, dan sangat lega. Saya lega karena ibu dan anaknya selamat dan sehat setelah proses persalinan itu. Bagaimana perasaan saya 9 bulan atau bahkan dua tahun sebelumnya? Takut, trauma. Perasaan pertama adalah takut. Selama istri saya mengandung, saya sering kali merasa takut akan banyak hal terkait kesehatan dan keselamatan ibu dan anak yang masih dalam kandungan. Bayangkan, ada banyak hal yang mungkin terjadi selama masa mengandung pun ketika dilahirkan. Pikiran-pikiran itu yang membuat saya taku

Menjalani Adaptasi Kebiasaan Baru

 Bukan, tulisan ini bukan tentang corona, tapi tentang pengalaman kerja di kantor baru. Ceritanya, minggu ini adalah minggu pertama sejak minggu onboarding selesai yakni minggu lalu. Artinya, baru dua hari berjalan. Minggu lalu sempat kaget juga karena task yang saya dapat lebih banyak ke transfer knowledge dan eksplorasi, tapi ya wajar karena masih baru jadi harus observasi lingkungan dan juga untuk tahu apa problem yang nanti bisa dicarikan solusinya. Selama seminggu kemaren, rasanya agak aneh juga, karena serasa tidak ada sesuatu yang di-achieve, karena tidak ada ticket yang bisa diclose. Alhasil, setelah mengamati beberapa hal dan diskusi beberapa hal, inisiatif mengerjakan hal-hal yang saya rasa bisa memberi value ke pekerjaan. Hasilnya, ketika biweekly meeting kemaren, ada statement semacam, "He join for a week. He did a excellent job." . Lega sekali rasanya. Meskipun di mana-mana saya merasa sangat PD, toh pada kenyataannya kadang saya juga merasa insecure. "Am i

Jadwal Baru Sepedahan

 Ceritanya, setelah sepedahan pertama setelah libur sebulanan kemaren, minggu lalu saya sepedahan lagi. Kalau di sepedahan pertama jaraknya hanya 7km dengan EG kecil, di kesempatan kedua in saya sengaja ingin lebih jauh lagi. Maklum, setelah lama tidak sepedahan, badan terasa kurang kuat dan gampang kesemutan. Rute ke Barat Sebelum puasaan dulu, rute ke barat ini favorit. Selain karena menanjak, juga karena suasananya yang adem ayem tentram dan jarang dilalui kendaraan besar sehingga polusi yang masuk, walaupun sudah pakai masker, jadi lebih sedikit. Satu hal yang saya rasa dengan sepeda ini, makin enteng sejak upgrade HFH murah meriah kemaren. Memang sih, kalau sudah lama tidak sepedahan, selain yang harus dikembalikan itu stamina, mental juga harus dikembalikan. Masih ingat kemaren ketika di 5km pertama saja sudah ngos-ngosan ngebayangin bakal sejauh mana, males lanjut, istilah sini aras-arasen. Namun, kalau sudah lewat 5km itu, ya bablas saja. Ketika berangkat kemaren saya juga suda

Dimulai dari Nol

 Alhamdulillah, Allah masih memberikan kesempatan untuk merasakan ramadhan dan lebaran tahun ini. Biasanya, setelah sebulan berpuasa, sampai di masa saling bermaaf-maafan dan muncul kalimat, "dimulai dari nol ya, dosanya semoga sudah dimaafkan". Sebagai pemilik blog ini, saya juga ingin mengucapkan "Mohon maaf lahir batin, semoga amal ibadah kita diterima dan berkah." Dimulai dari Nol yang lain Ngomong-ngomong, sebenarnya tulisan ini dibuat bukan karena even lebaran untuk bermaaf-maafan, tapi karena barusan, untuk pertama kalinya bersepeda setelah "puasa" satu bulan. Lebih tepatnya, 1 bulan 6 hari karena terakhir sepedahan di 10 April 2021. Rasanya? ngos-ngosan. Pernah baca atau denger di salah satu video di youtube, katanya kalau sepedahan ini enggak bisa lebih dari 3 hari jedanya. Kalau lebih dari itu, ya seperti mulai dari 0. Sepertinya sih benar. Kalau dilihat rute pagi ini, ternyata waktu tempuhnya sama dengan rute 4 April 2021. Padahal, sepeda yang d

Bermain Dengan Google Data Studio - Twitter Data Visualization

 Sebagai seorang System Engineer yang juga sering harus present soal data, dan membuat data vizualization walaupun memang kaitannya dengan system seperti log, saya adalah penggemar berat ELK (Elasticsearch Logstash Kibana). Kenapa? selain karena sudah kenal sejak lama, sering dipakai di banyak kesempatan, powerful untuk searching,dan bisa on-premise setup. Namun, akhir-akhir ini saya tegoda untuk mengeksplor lebih dalam Google Data Studio. Bukan tanpa sebab, bagi saya, GDS ini lebih sederhana untuk awam dan multisource provided seperti Google Spreadsheet, Google Cloud Storage, dkk. Artinya, pengguna awal tidak perlu mensetup server sendiri untuk membuat visualisasi. Apalagi, untuk menggunakan layanan ini hanya perlu google account saja. Twitter Visualization Saya sering meng-utilize ELK sampai titik tertentu dalam visualisasi mulai dari vessel tracking, flight route visualization, bahkan twitter visualization (aalytic bisa dikerjakan di saat processing,bukan di sisi ELK). Nah, karena s