Skip to main content

Posts

Aku Cuma Rindu, Itu Saja

  Hei, Apa kabarmu jauh di sana Tiba tiba teringat, Cerita yang pernah kita upayakan Kupikir aku berhasil melupakanmu Berani beraninya, Kenangan itu datang tersenyum Meskipun jalan kita tak bertemu Tapi tetap indah bagiku Smoga juga bagimu Kau tahu aku merelakanmu Aku cuma rindu, Aku cuma rindu Takkan mencoba tuk merebutmu Aku cuma rindu, itu saja Gagal, kali ini gagal bersembunyi Di balik kata-kata bijak Yang selalu mampu membuat aku terlihat tangguh Padahal hancur lebur harapan Yang terlanjur kupercaya Aa.., Meskipun jalan kita tak bertemu Tapi tetap indah bagiku Smoga juga bagimu Kau tahu aku merelakanmu Aku cuma rindu, Aku cuma rindu Takkan mencoba tuk merebutmu Aku cuma rindu, itu saja Itu saja.. (The Rain - Gagal Bersembunyi, 2014) Well, itu bukan curhatan pribadi, tapi lagu the rain yang baru banget gue tau. Ternyata, masih inline sama lagu sebelumnya yang cerita tentang mantan juga dan judulnya "Terlatih Patah Hati". Kok, tiba-tiba tau lagu itu? timeline FB emang

Apakah saya pantas?

Ujung hari kemarin begitu melelahkan. Pun lebih dari itu, keceriaan, kebahagiaan, dan segala suka cita saya rasakan. Namun, pada akhirnya muncul satu pertanyaan, "apakah saya pantas untuk semua yang kalian berikan?" Kumpulan hadiah dari kalian, kawan. Kalau saja kalian tau, hal-hal semenyenangkan sekarang barulah saya rasakan, alami, dan nikmati pada masa kuliah. Sekolah dasar, sekolah menengah, atau sekolah atas, semuanya memberikan kenangan yang berbeda-beda, tapi saya merasa banyak pembelajaran terbanyak menjadi seorang teman, kawan, sahabat, pacar, suami, anak, admirer, dan banyak lagi adalah pada saat berkembang di kampus Ganesha. Terima kasih. Terima kasih Sekali lagi saya ucapkan terima kasih untuk kalian. Bukan hanya tentang hadiah nya, melainkan juga foto-foto nya, doanya, dan yang lebih jauh lain dan lebih mendasar adalah, terima kasih karena kalian sudah memberikan saya ruang di hati kalian (atau minimal di otak kalian sehingga kalian ingat saya) dan m

47 Tanggapan Testimonial

Selesai sudah syukuran Wisuda Juli 2016 HMIF di selasar Gedung CAS ITB. Sejujurnya tadi malam adalah pertama kalinya saya ke gedung yang baru dibangung ITB itu. Mungkin, kedatangan saya tadi malam adalah yang terakhir. *  *  * Saat pertama kali datang ke acara syukuran wisuda tadi malam, mata saya tertuju pada kotak testimoni yang berjejer rapih di bagian depan area. "Jangan-jangan nanti enggak ada yang punya kesan-pesan ke gue", pikir ku dalam hati. Sejujurnya saya cukup iri-sedih-khawatir bahwa saya tidak memiliki kawan dekat atau bahkan sahabat di ITB. Aneh? hahaha. Well, saya menganggap beberapa (banyak) orang sebagai kawan dekat atau sahabat, tapi apa demikian sebaliknya? Semoga saja. Pada akhirnya, kekhawatiran saya kian pudar saat di akhir acara, saya ambil kotak testimonial dan membacanya sedikit-sedikit. Saya tidak menyangka jumlah testimonial yang saya dapatkan. Semoga doa-doa baik kembali pada kalian. Anyway, berikut testimonial dan tanggapan dari saya. Testi

Mengapa Saya Malas Membeli Pakaian (Lagi)

Entah sejak kapan, saya merasa kurang suka untuk membeli atau dibelikan pakaian. Contohnya, ketika SMA dulu, saat hendak lebaran, orang tua saya selalu mengajak pergi ke tempat perbelanjaan untuk membelikan saya pakaian. Namun, saat di sana, saya ogah-ogahan. Selain karena   saya tidak menganggap membeli baju saat lebaran bukanlah kewajiban, juga karena saya merasa membeli pakaian baru bukanlah sebuah kebutuhan. Sampai sekarang, ke-malas-an untuk membeli pakaian sebenarnya masih melekat. Alasan yang paling sederhana adalah, sudah banyak menumpuk pakaian di lemari, masih banyak pakaian yang bisa dipakai, dan penggunaan pakaian yang ada masih jauh dari kata maksimal (jumlah pakaian yang tersedia dibagi jumlah pakaian yang dipakai masih rendah). Seringkali, seseorang membeli pakaian baru karena termakan iklan, gengsi, ingin, atau karena perasaan. Jarang sekali dari kita, membeli pakaian karena memang berdasarkan data bahwa apa yang kita miliki belum memenuhi kebutuhan yang harus dip

. . . .

Bila saatnya tiba Tak ada yang bisa menahanmu Bila saatnya tiba Semua seolah tak ada artinya Bila saatnya tiba Hanya satu yang bisa menemani Bila engkau tiba Pastikan aku dalam tidur yang nyeyak Supaya yang lalu-lalu bisa menjadi nya Walau hanya untuk sekelebatan kenyataan yang fana

Parenting #1 : Kepercayaan dan Kesabaran

Sepertinya baru pertama kali saya menulis tentang parenting . Berhubung saya belum punya anak tapi sudah pernah jadi anak maka tulisan ini akan saya sarikan dari pengalaman saya dididik oleh kedua orang tua saya. Hitung-hitung, sebagai modal untuk mendidik anak saya nanti. Setiap manusia adalah juara bahkan sejak pertama kali dilahirkan, katanya. Hal ini disebabkan oleh perlombaan pra kehamilan yang diikuti oleh banyak sekali sperma yang memperjuangkan satu sel telur. Oleh karena itu, boleh lah disebut bahwa setiap manusia adalah juara sejak lahir. Tidak terasa, saat ini saya sudah hampir berusia 22 tahun. Artinya, 22 tahun, orang tua saya mendidik saya. Sebuah proses yang sangat panjang, lama, dan (mungkin) melelahkan, bukan? Sekolah Dasar – Menengah – Atas Saya mencoba mengingat-ingat masa kecil saya. Sepertinya, saya belum lah menjadi anak yang bisa dibanggakan orang tua. Ketika kelas 1, nilai saya jelek, mungkin kisaran 6-7. Ketika kelas 2, kelas 3, dan kelas 4, sepertiny

Mudik Lebaran Pertama

Sejatinya, mudik lebaran yang saya jalani kali ini bukanlah yang pertama. Sejak awal masuk kuliah dulu, pada tahun 2012, alhamdulillah saya selalu menyempatkan untuk pulang dan merayakan lebaran di rumah bersama keluarga. Lantas, mengapa judul tulisan kali ini “mudik lebaran pertama” ? Tentu saja, karena kondisi nya sekarang berbeda. Mudik bukan sebagai bujang melainkan sebagai seorang suami dan harus mudik ke dua rumah yang berbeda. Sebelum ini Pada lebaran kemarin, atau kemarin lusa, atau kemarin nya lagi, waktu liburan saya habiskan di Lumajang karena toh rumah saya kan di sini. Jadi, saya bisa banyak-banyak berkumpul dengan keluarga. Selain itu, sebelum-sebelumnya, waktu bersama keluarga biasanya terbatasi oleh jadwal akademik. Namanya juga anak kuliahan, tentulah ada jadwal akademik yang harus diikuti mulai dari perwalian tatap muka hingga jadwal perkuliahan. Saat ini Kali ini berbeda! Lebaran harus di dua tempat yakni Lumajang dan Bondowoso. Lebaran tidak sendirian k